Bangunan dan Peninggalan Bersejarah di Jakarta
A.Prasasti Tugu

B. Padrao




Masjid al – Alam Marunda terletak di
Jalan Marunda Besar Rt. 09 Rw. 01, Kampung Marunda Besar, Kelurahan Marunda,
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Propinsi DKI Jakarta. Sebelah utara dan
barat berbatasan dengan laut dan sebelah selatan dan timur berbatasan dengan
pemukiman penduduk.Menurut sumber sejarah pada tahun 1407, pasukan dari Demak,
Banten, dan Cirebon yang dipimpin oleh Dipati Keling dan Dipati Cangkung
menyerbu Sunda Kelapa dengan jumlah tentara 1452 orang dan dibantu oleh umat
Islam setempat.
Pada waktu itu Sunda Kelapa berada
dalam kekuasaan Kerajaan Pajajaran secara mudah dapat ditaklikan. Sebagai rasa
syukur kepada Alla SWT pada tahun 1527 Fatahillah bersama para prajuritnya
membangun Masjid Marunda ini sebagai tempat ibadah sementara, sekaligus
menjadikan kawasan ini sebagai benteng pertahanan.Pada tahun 1970 dilakukan
pemugaran oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, yaitu melakukan
penggantian bebeapa komponen atap dan pemberian lapisan pelindung berupa plastik
pada bagian bawah atap agar terlindung dari kelembaban dan siraman air hujan.
Kemudian pembuatan tanggul di sisi utara masjid untuk melindungi masjid dari
ancaman absarsi pantai.
E. Masjid
AI-Anwar

F. Masjid
Istiqal
Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik
Indonesia yang terletak di pusat ibukota Jakarta.
Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara.
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu,
Ir. Soekarno di
mana pemancangan batu pertama, sebagai tanda dimulainya pembangunan Masjid
Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek
Masjid Istiqlal adalah Frederich Silaban,
seorang Kristen
Protestan.
Lokasi
kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut lapangan Medan Merdeka yang
ditengahnya berdiri Monumen Nasional
(Monas). Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja
Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima
lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya arsitektur modern dengan
dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja
antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45
meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter
menjulang di
sudut
selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.
Selain digunakan sebagai
aktivitas ibadah umat Islam,
masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di
Indonesia, aktivitas sosial, dan kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah
satu daya tarik wisata yang
terkenal di Jakarta. Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid
Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj,
Presiden Republik Indonesia selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini
yang disiarkan secara langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

G. Gereja
Sion

Karena
pada masa pendududukan Belanda setelah mengambil alih pendudukan Portugis,
pemerintahan Belanda masa itu membangun tembok batas pertahanan kota
pemerintahannya. Portugeesche Buitenkerk yang berada di luar tembok
pemerintahan Belanda. Karena sampai pada awal abad ke-19 pun masih ada gereja
Portugis lain yang ada di dalam kota.Di sisi lain, Gereja Sion dibangun sebagai
pengganti sebuah pondok terbuka yang sangat sederhana. Pondok ini sudah tak
memadai bagi warga Portugis Mardijkers
berstatus tawanan yang berasal dari Malaya dan India untuk beribadah. Sebagai tawanan, mereka
dibawa ke Batavia oleh VOC
bersamaan dengan jatuhnya wilayah kekuasaan Portugis di India, Malaya, Sri Lanka, dan
Maluku.Pada
masa pendudukan Jepang,
bala tentara Dai Nippon ingin menjadikan gereja ini tempat abu tentara yang
gugur.Setelah Indonesia merdeka, Portugeesche Buitenkerk berganti nama menjadi
Gereja Portugis. Sebagai peralihan kekuasaan pemerintahan, Pemerintahan Belanda
memberikan kepercayaan pengelolaan asset peninggalannya kepada Gereja-gereja
Protestan di Indonesia (GPI).
Wilayah pelayanan GPI pada bagian barat Indonesia diemban oleh Gereja Protestan
Indonesia di bagian Barat (GPIB).
Maka, pada persidangan Sinode GPIB tahun 1957 Gereja Portugis, diputuskan untuk bernama
GPIB Jemaat Sion. Dan masyarakat kini mengenal bangunan itu dengan Gereja Sion.
Sion berasal dari nama sebuah bukit di daerah Palestina
berbahasa Ibrani dan
merupakan lambang keselamatan pada bangsa Israel kuno.Tahun 1984, halaman gereja menyempit karena harus
mengalah pada kepentingan pelebaran jalan.
H. Gereja Tugu

Kemudian
pada tahun 1744 atas
bantuan seorang tuan tanah Yustinus
Vinck gereja ini dibangun kembali, dan baru selesai pada 29 Juli 1747 yang kemudian diresmikan pada tanggal 27 Juli 1748 oleh pendeta J.M.
Mohr.Sampai saat ini gereja tersebut masih berdiri dan
berfungsi sebagai "GPIB Tugu", walaupun di berbagai sudut sudah
banyak yang harus diperbaiki karena faktor usia. Gereja ini tampak sederhana
tetapi tampak kokoh dan rapi, dengan berisi bangku diakon antik, piring-piring
logam, dan mimbar tua. Lonceng yang ada di gereja tersebut diperkirakan dibuat
pada tahun 1880,
karena lonceng paling tua yang dibuat 1747 sudah rusak dan disimpan di rumah pendeta di
sana.
I.
Gereja Katedral

Katedral
yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di
tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada
27 Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah
penduduk di sekitarnya. Lalu pada tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun
sempat roboh.Pada malam natal, 24 Desember 2000, Gereja ini menjadi salah satu lokasi yang
terkena serangan
ledakan bom.
J.Klenteng

K.Museum Fatahillah

L. Gedung Kesenian Jakarta
Gedung Kesenian Jakarta merupakan bangunan tua peninggalan
bersejarah pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di
Jakarta. Terletak di Jalan Gedung Kesenian No. 1 Jakarta Pusat.Gedung tersebut
merupakan tempat para seniman dari seluruh Nusantara mempertunjukkan hasil
kreasi seninya, seperti drama, teater, film, sastra, dan lain sebagainya.
Gedung ini memiliki bangunan bergaya neo-renaisance yang dibangun tahun 1821 di
Weltevreden yang
saat itu dikenal dengan nama Theater Schouwburg Weltevreden, juga
disebut dengan Gedung Komedi.
M.Museum Wayang
Museum Wayang adalah sebuah museum yang berlokasi di Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Jakarta Barat. Gedung yang tampak unik dan menarik ini telah beberapa
kali mengalami perombakan. Pada awalnya bangunan ini bernama De Oude
Hollandsche Kerk ("Gereja Lama Belanda") dan dibangun pertamakali
pada tahun
1640. Tahun 1732
diperbaiki dan berganti nama De Nieuwe
Hollandse Kerk (Gereja Baru Belanda) hingga tahun 1808 akibat hancur oleh gempa bumi pada tahun yang sama. Di
atas tanah bekas reruntuhan inilah dibangun gedung museum wayang dan diresmikan
pemakaiannya sebagai museum pada 13 Agustus 1975. Meskipun telah dipugar beberapa bagian gereja lama dan
baru masih tampak terlihat dalam bangunan ini.

N.Museum Bank Indonesia
Museum Bank Indonesia adalah sebuah museum di Jakarta, Indonesia yang terletak di Jl. Pintu Besar Utara No.3, Jakarta
Barat (depan stasiun Beos Kota), dengan menempati area bekas gedung Bank
Indonesia Kota yang merupakan cagar budaya peninggalan De Javasche Bank
yang beraliran neo-klasikal, dipadu dengan pengaruh lokal, dan dibangun pertama
kali pada tahun 1828.
O.Museum Seni Rupa dan Keramik


Museum Bahari adalah museum yang menyimpan koleksi yang berhubungan
dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke yang berlokasi di seberang Pelabuhan Sunda
Kelapa. Museum adalah salah
satu dari delapan museum yang berada di bawah pengawasan dari Dinas Kebudayaan
Permuseuman Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Masih banyak bangunan dan peninggalan
bersejarah di Jakarta lainnya.Cukup di sini aja kalo kebanyakan ntar mblenger
lho. Terima kasih, semoga bermanfaat. Kritik dan saran diperlukan.
Thanks for info
BalasHapushttps://bit.ly/2pavarw